Senin, 19 Januari 2009

STRUKTUR PEMERINTAHAN RAJA GAYO LUES PRA-PENJAJAHAN BELANDA

Dalam wilayah kesultanan Aceh Darussalam (Sultan Iskandar Muda) wilayah Gayo Alas terdiri dari 7 kejurun di Aceh Tengah (kejurun Syiah Utama, kejurun Bukit, dan kejurun Bebesen), 1 kejurun di Gayo Lues yaitu kejurun Petiambang, 2 kejurun di Tanah Alas yaitu kejurun Bambel dan kejurun Pulonas, dan 1 kejurun di Lukup Serbajadi yaitu kejurun Nabuh.

1. Kejurun Petiambang
Kejurun Petiambang merupakan pimpinan tertinggi di dalam struktur pemerintahan di Gayo Lues. Kejurun Petiambang menyediakan diri sebagai wadah untuk menampung segala titah dan perintah yang turun dari Sultan Aceh supaya dilaksanakan untuk kepentingan lapisan bawah.

2. Siopat
Siopat merupakan Reje-reje yang memerintah di wialyahnya masing-masing dan berada di bawah Kejurun Petiambang. Reje-reje tersebut meliputi :

a. Reje Gele
Reje Gele (Blangkejeren sekarang) bermukim di Kampung Gele terletak di bagian Selatan kampung Penampaan dan membawahi sejumlah kampung yang berstatus Syara’ Opat dan satu wilayah Reje Cik yaitu Reje Cik Porang.

b. Reje Bukit
Reje Bukit (Blangkejeren sekarang), bermukim di kampung Bukit, terletak di bagian Timur Kampung Penampaan membawahi beberapa kampung yang masing-masing kampung mempunyai syara’ opat dan satu wilayah Reje Cik yaitu Reje Cik Kute Lintang.


c. Reje Rema
Reja Rema (Kuta Panjang sekarang) adalah Reje yang memerintah rakyat di wilayah Tige Sagi si Waluh Kampung. Kebetulan Reje berdomisili di Kampung Rema. Wilayah kekuasaannya terdiri dari 8 Kampung. Kedelapan kampung ini masing- masing mempunyai pemerintahan syara’ opat dan tiga wilayah Reje Cik yaitu Reje Cik Tampeng, dan Reje Cik Peparik.

d. Reje Kemala
Reje Kemala (Rikit Gaib dan Terangun sekarang) mendiami wilayah sekitar 15 km kea rah Utara Kampung Penampaan, yaitu Kecamatan Rikit Gaib dan Terangun sekarang. Kampung-kampung yang beradaS di bawah binaan Reje Cik Kemala masing-masing mempunyai pemerintahan syara’ opat dan dua wilayah Reje Cik yaitu Reje Cik Kemala Derna dan Reje Cik Pudung.
Reje berempat, biasa juga disebut Siopat, dipercaya oleh kejurun untuk mengingat hasil penting mengenai tata cara untuk Bersinte/berhelat. Urusan bersinte kalau di Gayo Lues yang telah digariskan oleh adat istiadat, sangatlah rumit dan pelik. Banyak sekali jenjang atau tahapan-tahapan yang harus di tempuh oleh kedua belah pihak yang akan berhelat. Maka, apabila yang mau bersinte lupa sesuatu yang harus dipenuhi, maka tempat bertanya hanya Reje Berempat atau Siopat. Walaupun ada orang yang tahu, teteapi tidak dianggap sah sebelum Siopat yang memberi tahu.

3. Sipitu
Kejurun Petiambang dibantu tujuh orang (Sipitu) Reje Cik, Di samping berfungsi sebagai Perdana Menteri, juga masih menjabat pangkat sebagai Reje Cik. Masing-masing Reje Cik berada dakam binaan atau wilayah administrasi keempat Reje di atas. Ketujuh Reje Cik tersebut adalah :
a. Reje Cik Porang
Reje Cik Porang bermukim di Kampung Porangyang terletak di bagian Barat Kampung Induk yaitu Penampaan dengan pemerintahan syara’ opat.

b. Reje Cik Kutelintang
Wilayah kerja Reje Cik Kutelintang terletak di bagian Utara Kampung Penampaan pada saat kerajaan Mekat Jemang bermukim. Reje Cik Kutelintang membawahi beberapa kampung besar yang diperintah oleh syara’ opat.

c. Reje Cik Gegarang
Wilayah kerja Reje Cik Gegarang terletak di bagian Barat kampung Penampaan. Reje Cik Gegarang membawahi beberapa kampung besar yang diperintah oleh syara’ opat.

d. Reje Cik Tampeng
Wilayah kerja Reje Cik Tampeng terletak di bagian Barat Kampung Penampaan. Reje Cik Tampeng membawahi beberapa kampung besar yang diperintah oleh syara’ opat.

e. Reje Cik Peparik
Wilayah kerja Reje Cik Peparik terletak di bagian Barat Kampung Penampaan. Reje Cik Peparik membawahi beberapa kampung besar yang diperintah oleh syara’ opat.

f. Reje Cik Kemala Derna
Reje Cik Kemala (Kecamatan Rikit Gaib sekarang) mendiami wilayah sekitar 15 km kea rah Utara kampung Penampaan, yaitu Kecamatan Rikit Gaib sekarang. Kampung-kampung yang berada di bawah binaan Reje Cik Kemala Derna masing-masing mempunyai pemerintahan syara’ opat.

g. Reje Cik Pudung
Reje Cik Pudung (Kecamatan Terangun sekarang) mendiami wilayah sekitar 42 km kea rah Barat Kampung Penampaan, yaitu Kecamatan Terangun sekarang. Kampung-kampung yang berada di bawah binaan Reje Cik Pudung masing-masing mempunyai pemerintahan syara’ opat.

Ketujuh orang Reje Cik ini, selain bertugas sebagai Reje Cik, kejurun memberi tugas tambahan sebagai Perdana Menteri yang selalu mendampingi kejurun ketika menjalankan tugas. Bukan itu saja, malah ditambah dengan tugas lain, yaitu sebagai Juru Ingat, mungkin jabatan sekarang ini bernama Juru Arsip, atau Sekretaris Negara.

4. Siopat Belas
Siopat Belas adalah personil dari Raja Cik yang tujuh (Sipitu), yaitu satu orang Petue dan seorang Ulu Balang sehingga lahir sebuah istilah berbunyi :
Siopat Mukawal, Sipitu Mudunie, dan Siopat Belas Mujajahan

Artinya : Raja Berempat memiliki wilayah atau daerah yang harus di kawal atau diamankan. Sementara Reje Cik yang tujuh memiliki lahan atau areal yang tidak boleh dicampuri oleh semacam anasir yang dapat melahirkan bala bencana. Sedangkan Siopat Belas (masing-masing Reje Cik mempunyai dua orang Ulu Balang) memikul kewajiban menyelesaikan masalah yang timbul dalam wilayah kekuasaan yang berpencar dan luas. Petue sebagai panasehat dan Ulu Balang adalah kepala keamanan di daerah kekuasaan masing-masing.

5. Reje Bedel
Di zaman Kejurun Petiambang memerintah, Wilayah Tampur atau Lukup Serbajadi adalah bagian dari Wilayah Gayo Lues, buktinya, Kejurun Petiambang pernah menugaskan seseorang sebagai Raja untuk memerintah disana. Raja tersebut berstatus pengganti, maka menurut bahasa Gayo disebut Reje Bedel. Reje Bedel bertugas atas nama Kejurun Petiambang, karena kejurun harus memberi semacam SK, tetapi waktu itu belum penting mengenai surat menyurat, lalu kejurun memberikan 2 buah Nematan (semacam SK sekarang) yang berasal dari Sultan Aceh. Benda tersebut terdiri dari 1 buah kal (alat ukur ¼ liter) berbentuk sepotong batok kelapa yang mempunyai 7 lubang mata, artinya 7 lubang yang disana bisa tumbuh kecamabah kelapa. Satu lagi bernama alat sepit, artinya alat penjepit ketika anak kecil mau disunatkan. Raja Bedel terakhir memerintah disana adalah Raja Bedel Usman atau Aman Bakek.



6. Pining
Wilayah Pining ketika itu masih belum ramai. Kampung masih sedikit jumlahnya, barangkali tidak lebih dari 3 buah kampung lalu disana hanya ada Gecik dan perangkatnya yang dijuluki Syara’ Opat.

7. Imem Pasha
Untuk melengkapi komponen pemerintahan, Kejurun Petiambang melantik orang bernama Pasha sebagai bendahara. Urang Gayo dizaman itu sudah terbiasa menyebut seorang kepala dengan sebutan Imem. Imem Pasha sejatinya memang keturunan Imem Pertama yang dipercaya oleh Kejurun untuk memimpin dan mengurus Mesjid Asal. Jelasnya orangnya yang diberi kepercayaan sebagai Kepala Bendahara, bukan Imem untuk sembahyang, melainkan sebagai sebutan penghormatan Imem adalah sebutan pemimpin.

8. Imem Bale
Aparat perlengkapan Pemerintahan Kejurun Petiambang yang ketujuh diberi gelar Imem Bale, artinya Kepala Rumah Adat yang disebut Bale. Imem Bale sejak awal memang berdomosili di Desa Cempa Bale, yang bernaung di bawah Pohon Sena besar yang rindang serta luas, lalu Rumah Adat yang penting itu diberi nama Bale Sena. Betapapun pentingnya musyawarah yang akan digelar, belum dapat dilaksanakan sebelum ada izin dari Imem Bale. Inipun julukan Imem diberikan kepada seorang pemimpin Rumah Adat.

9. Qadhi Musafat
Perangkat satu ini yang sangat penting. Qadhi Musafat adalah pembantu sekaligus penasehat Kejurun Petiambang. Seorang adhi bukan saja bertugas memutuskan perkara yang timbul di kalangan masyarakat dari segala lapisan, bahkan segala sesuatu yang dihasilkan musyawarah, terlebih dahulu digodok di kantor Qadhi Musafat. Keputusan itu disesuaikan terlebih dahulu dengan materi hokum. Mulai dari hukum adat, hukum akal, hukum Syara’, yaitu ketetapan yang bersumber dari sumber Hadist, Ijma, Qias dan Kitabullah. Kalau masalah itu menyangkut masalah adat istiadat, harus diembalikan kepada materi adat yang bernama Inget-Atur-Resam-Peraturan.
10. Petue Delem
Petue Delem di zaman Pemerintahan Petiambang mungkin kalau sekarang bernama Dewan Pertimbangan Agung (DPA) dan Kepala Akal. Biasanya perselisihan yang menjurus kepada pertengkaran serius , seorang Petue Delem harus mampu menyelesaikan dengan baik, berdamai tanpa seorang pun merasa dirugikan. Seorang Petue Delem bukan saja dapat menyelesaikan perselisihan di antara raja-raja Cik, tetapi harus mampu pula mendamaikan perselisihan antara kampung.

11. Hakim Leme
Hakim Leme adalah perangkat tambahan bagi Kejurun Petiambang. Tugasnya hanya setahun sekali, yaitu ketika rakyat Gayo Lues melakukan upacara Niri Tuk Kurik. Niri Tuk Kurik merupakan upacara kebesaran Urang Gayo, biasanya dilakukan menjelang Hari Raya Aidil Fitri, yakni pagi hari menjelang Sholat Id. Seluruh penduduk Gayo Lues tumpah ruah pergi ke sungai di Desa Leme. Untuk melakukan acara Niri Tu Kurik. Acara ini berlangsung di pagi hari mulai pukul 04.00 – 05.00 atau menjelang subuh pada hari raya aidil fitri, dimana semua orang akan melaksanakan sembahyang Hari Raya Aidil Fitri.

12. Kejurun Belang
Kejurun Belang adalah satu unsur pemerintah Kejurun Petiambang yang tugasnya khusus mengurusi bidang pertanian. Kapan waktu baik untuk memulai turun kesawah, hanya kejurun belanglah yang tahu. Tidak ada terjadi pelanggaran antara pemelihara hewan dengan pemilik tanaman, hanya kejurun belang yang di percaya untuk menyelesaikannya.

13. Ulu Balang
Untuk seluruh Gayo Lues ada 14 Ulu Balang, tepatnya, setiap satu orang Reje Cik memiliki 2 orang Ulu Balang. Ulu baling bisa bertugas sebagai kepala keamanan dan pertahanan dan satu waktu bisa juga untuk melaksanakan tugas, misalnya Raja Cik meminjamkan salah satu Nematan milik khas Raja Cik kepada Ulu Balang.

Demikian uraian tentang Pemerintah Syara’ Opat Gayo Lues di tingkat Kejurun Petiambang. Bila dibandingkan system Pemerintahan Syara’ Opat dengan Pemerintahan Sentralistis, sungguh system Pemerintahan Syara’ Opat di Gayo Lues yang cukup lama dipegang teguh runtuh begitu saja dengan penerapan UU No.5 Tahun 1979. Sebagai pertanyaan, benarkah urang Gayo telah menghayati dan mengisi kemerdekaan sesuai zamannya dan begitulah situasi di Gayo Lues sejak zaman dahulu hingga tiba waktu bangsa Belanda mengusik kemerdekaan itu. Masih dapat dibanggakan, selama 25 tahun Belanda menguasai dari negeri ini, tetapi tetap tidak mampu mencampuri urusan pemerintah Syara’ Opat di Gayo Lues. System Pemerintahan Syara’ Opat di Gayo Lues, mulai tergusur setelah Pemerintah Pusat pada masa Orde Baru menetapkan UU No. 5 Tahun 1979 yang mengatur pemerintahan Daerah dengan system sentralistik. Dimana dari pusat hingga ke kampung-kampung harus tunduk kepada satu peraturan yang digarap oleh pimpinan tertinggi Orde Baru. Tidak peduli apakah peraturan itu merusak kultur dan kebudayaan sesuatu suku, yang penting semangat dan jiwa kebersamaan harue diutamakan.

Setelah kita tahu tentang system penerintah demokratis, baru disadari bahwa Urang Gayo Lues telah lebih dahulu mengatur negeri ini dengan system democrat luas.

Kepada semua anak negeri Urang Gayo, agar dapat menyadari dan terus mempelajari sejarah keberadaan Urang Gayo, kemudian menjadikan perbandingan antara pemerintah system Syara’ Opat dengan system UU No. 18 Tahun 2001 tentang Otonomi Khusus Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam.

Kamis, 08 Januari 2009

Kabupaten Gayo Lues


Kabupaten Gayo Lues adalah salah satu kabupaten di provinsi Nanggroe Aceh Darussalam, Indonesia dan merupakan hasil pemekaran dari Kabupaten Aceh Tenggara dan berdiri dengan Dasar Hukum UU No.4 Tahun 2002 pada tanggal 10 April 2002. Kabupaten ini berada di gugusan pegunungan Bukit Barisan, sebagian besar wilayahnya merupakan area Taman Nasional Gunung Leuser yang telah dicanangkan sebagai warisan dunia. Kabupaten ini merupakan kabupaten yang paling terisolasi di NAD.

Kabupaten yang berpenduduk kebanyakan suku Gayo ini sedang berbenah diri untuk mengejar ketertinggalannya dalam pembangunan. Potensi pertanian menjadi prioritas utama pengembangan.

Rencana pembangunan Jalur Ladia Galaska (Lautan Hindia, Gayo, Alas, dan Selat Malaka) yang menghubungkan Samudera Hindia dengan Selat Malaka sangat diharapkan untuk memperbaiki tingkat perekonomian masyarakat Gayo Lues. Saat ini, lalu lintas dari Blangkejeren, pusat pemerintahan kabupaten, ke Banda Aceh harus melalui Medan, Sumatera Utara. Meskipun demikian, rencana ini banyak ditentang oleh kalangan pelestari lingkungan hidup karena memotong zona utama taman nasional.

Gayo Lues kemudian lebih dikenal dengan nama "NEGERI SERIBU BUKIT". Nama ini ditabalkan dan dipopulerkan oleh MOHSA EL RAMADAN, wartawan senior, Pemimpin Redaksi Koran RAJAPOST Banda Aceh, dan editor buku "Memadamkan Bara di Atas Ladia Galaska". Buku yang ditulis oleh Muhammad Alikasim Kemaladerna ini adalah sebuah solusi penyelesaian konflik pembangunan jalan Ladia Galaska antara pemerintah dan pemerhati lingkungan di Aceh.

Pada mulanya daerah Gayo dan Alas membentuk pemerintahan sendiri terpisah dari Kab Aceh Tengah, maka terbentuklah Kab. Aceh Tenggara (UU No. 4/1974) namun karena kesulitan transportasi daerah Gayo ingin membentuk kabupaten tersendiri maka terbentuklah Kabupaten Gayo Lues (UU No. 4/2002) dengan ibukota Blang Kajeren dan Pj. Bupati ditetapkan Ir. Muhammad Ali Kasim, M.M.

Senin, 05 Januari 2009

Tanoh Gayo

Tanoh Gayo

Sekilas Tentang Tanah Gayo
Dataran Tinggi Gayo adalah daerah yang berada di kawasan pegunungan Aceh Tengah,Bener meriah daan Gayolues dengan tiga kota utamanya yaitu Takengon,Blangkejeren Dan Simpang Tiga Redelong.
Rumah Adat Pitu Ruang
rumah adat gayo
Jalan yang menghubungkan ketiga kota ini melewati daerah dengan pemandangan yang sangat indah.Mata pencarian masyarakat Gayo yang pada umumnya adalah bertani dan berkebun antara lain padi, sayur-sayuran, kopi dan tembakau. Kegiatan perkebunan kopi dan tembakau dilakukan dengan membuka wilayah hutan yang ada di wilayah ini.Pada umumnya mayarakat Nanggroe aceh darussalam, orang Gayo (baca:Suku) juga dikenal karena sifat mereka yang sangat menentang segala bentuk penjajahan dan daerah ini dulu dikenal sebagai kawasan yang sangat menentang pemerintahan kolonial Belanda (baca:Sejarah perjuangan dari bener meriah).Suku Gayo Terkenal dengan sifat ramah tamah,beragama Islam dan mereka dikenal taat dalam agamanya. Suku Gayo menggunakan bahasa yang disebut bahasa Gayo (Baca:Bahasa Gayo).Komoditi Utama Masyarakat Gayo adalah Kopi,kopi Gayo yang telah terkenal sampai ke manca negara.di Gayo banyak yang memelihara kerbau, sehingga ada yang mengatakan jika melihat banyak kerbau di Nad maka orang itu pasti berada di Gayo.Gayo juga terkenal dengan Kerajinan Kerawang GaYo. Seperti suku-suku Di Indonesia suku gayo juga memiliki Seni Budaya Tersendiri (Baca:Budaya Gayo).
Takengon
Takengon merupakan ibukota Kabupaten Aceh Tengah, Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam.Kawasan ini merupakan dataran tinggi yang berhawa sejuk. Banyak terdapat tempat wisata di kawasan ini, di antaranya adalah Danau Laut Tawar,Loyang Koro,Puteri Pukes,Atu Belah (Batu Belah), Pantan Terong Dan Lain-lain.
Kesenian di daerah ini sangat menarik karena terdapat kesenian Didong Gayo yang sangat dikagumi oleh masyarakat Takengon.
Salah satu acara yang sangat menarik perhatian masyarakat di dalam daerah maupun di luar daerah ini adalah acara Pacuan Kuda yang biasanya diadakan pada pertengahan bulan Agustus untuk menyambut dan merayakan hari Kemerdekaaan Republik Indonesia.
Blangkejeren
Kabupaten ini berada di gugusan pegunungan Bukit Barisan, sebagian besar wilayahnya merupakan area Taman Nasional Gunung Leuser yang telah dicanangkan sebagai warisan dunia. Kabupaten ini merupakan kabupaten yang paling terisolasi di NAD
Gayo Lues lebih dikenal dengan nama “NEGERI SERIBU BUKIT”. Nama ini ditabalkan dan dipopulerkan oleh Mohsa El Ramadan , wartawan senior dan editor buku “Memadamkan Bara di Atas Ladia Galaska”.Kabupaten Gayo lues dengan kotanya Blangkejeran adalah kota terbesar di kawasan selatan dataran tinggi Gayo. Kawasan ini merupakan salah satu pusat kawasan Gayo.Gayo Lues merupakan pemasok utama cabe di pasar-pasar kota Medan.Seni budaya
Tari Bines yang biasa diadakan ketika acara-acara peresmian.Kesenian tradisional yang telah mendunia adalah Tari saman yang dikenal dengan Tari Tangan Seribu yang pernah tampil di spanyol pada Tahun 1994 dan di beberapa negara Eropa lainnya dan sering tampil di Taman Mini Indonesia Indah, Jakarta.
Pariwisata
Air Terjun Akang Siwah,Pacuan Kuda Tradisional,pemandian kolam air panas gumpang,wisata alam Blang Serai,Dan lain-lain.
Simpang Tiga Redelong

Simpang tiga redelong adalah ibukota Kab:Bener Meriah.Sebagai kabupaten yang masih sangat muda, mempunyai peluang besar untuk tumbuh dan berkembang tentunya dengan segala potensi alam serta iklim yang sangat memungkinkan “Bumi Gajah Putih” ini (sebutan lain untuk Kabupaten Bener Meriah) untuk bisa mencapai pematangan secara ekonomi dengan segenap potensi yang dimiliki.

Kabupaten Bener Meriah dengan komoditi unggulan kopi, sebagai jenis tanaman yang mendominasi ketinggian daratan Nad ini, sangat meberi peluang kepada masyarakat Bener Meriah yang berjumlah ± 112.093 jiwa (data profil BPS Aceh Tengah tahun 2004); untuk hidup sejahtera secara ekonomi. Daerah ini juga dikenal sebagai daerah Agraris pemasok ± 80% kebutuhan sayur mayur dilingkungan Provinsi NAD.

Daerah ini juga tidak kalah dengan pariwisatanya Seperti Makam Datu Beru Di Desa Tunjang,Tugu Monument Radio Rimba Raya,Air Terjun Di pondok Gajah,pacu kude (pacuan kuda Tradisional),Burni Telong (Gunung), Weh Pesam (Pemandian Kolam Air Panas) Di desa Simpang Balik,Dan lain-lain.

TARI SAMAN




Tari Saman adalah salah satu tarian daerah Nanggroe Aceh Darussalam yang paling terkenal saat ini.
Tarian ini berasal dari dataran tinggi Gayo lues. Pada masa lalu, Tari Saman biasanya ditampilkan untuk merayakan peristiwa - peristiwa penting dalam adat dan masyarakat Aceh. Selain itu biasanya tarian ini juga ditampilkan untuk merayakan kelahiran Nabi Muhammad. Pada kenyataannya nama "Saman" diperoleh dari salah satu ulama besar Aceh, Syech Saman. Tari Saman biasanya ditampilkan menggunakan iringan alat musik, berupa gendang dan menggunakan suara dari para penari dan tepuk tangan mereka yang biasanya dikombinasikan dengan memukul dada dan pangkal paha mereka sebagai sinkronisasi dan menghempaskan badan ke berbagai arah.
Tari saman merupakan kesenian kabupaten gayo lues sering dilakukan pada acara persahabatan antara kampung, baik dengan kampung yang ada di kabupaten gayo lues sendiri mau dengan kampung yang berada dikabupaten Aceh tenggara, Aceh Tengah dan Bener Meriah biasanya dilakukan selesai melaksanan Puasa pada bulan Ramadhan atau setelah panen padi pada acara tersebut juga biasanya diselingi dengan Tari Bines yang dibawakan oleh gadis-gadis gayo.
Tarian ini dipandu oleh seorang pemimpin yang lazimnya disebut Syech(Penangkat) Karena keseragaman formasi dan ketepatan waktu adalah suatu keharusan dalam menampilkan tarian ini, maka para penari dituntut untuk memiliki konsentrasi yang tinggi dan latihan yang serius agar dapat tampil dengan sempurna.
Tarian ini dilakukan secara berkelompok, sambil bernyanyi dengan posisi duduk berlutut dan berbanjar/bersaf tanpa menggunakan alat musik pengiring. Karena kedinamisan geraknya, tarian ini banyak dibawak/ditarikan oleh kaum pria, tetapi perkembangan sekarang tarian ini sudah banyak ditarikan oleh penari wanita maupun campuran antara penari pria dan penari wanita. Tarian ini ditarikan kurang lebih 10 orang, dengan rincian 8 penari dan 2 orang sebagai pemberi aba-aba sambil bernyanyi.

Tari Bines


Tarian ini Berasal dari Kabupaten Gayo Lues
Tari Bines ditarikan oleh para wanita dengan cara duduk berjajar sambil menyanyikan syair yang berisikan dakwah atau informasi pembangunan. Para penari melakukan gerakan dg perlahan kemudian berangsur-angsur menjadi cepat dan akhirnya berhenti seketika secara serentak.
Tarian ini sering diadakan pada acara adat di Gayo lues.
tari bines sering dilakukan pada acara persahabatan Tari saman antara kampung di kabupaten gayo luas maupun dengan kampung yang beradi dikapupaten Aceh Tenggara, aceh tengah dan Bener Meriah biasa dilakukan selesai panen atau selesai menjalankan ibadah puasa pada bulan Ramadhan.

tempat wisata di Gayo lues


Wisata Alam

Wisata Alam Air Panas berada sekitar 60 Km dari Kecamatan Blang Kejeren.

Wisata Alam

Pacuan Kuda Tradisional. Lomba ini sudah ada di kabupaten Gayo Lues sejak tahun 1936 dan acara ini merupakan acara tahunan yang diadakan setiap hari Kemerdekaan RI yaitu setiap 17 Agustus-an.

Wisata Alam

Wisata Alam Air Terjun Akang Siwah hanya berjarak 6 Km dari Ibukota kabupaten yaitu Blangkejeren, Air Terjun ini memiliki panorama tiga(3) tingkat (8m, 14m dan 80m).

Souvenir

Oleh-oleh atau souvenir yang berasal dari Tanah Gayo ini berupa pakaian asli gayo, kain tenun, tikar, dompet, dll.



Sumber: Wisata Alam gayo Lues-Dinas Pariwisata Kab. Gayo Lues

Selasa, 30 Desember 2008